Apa itu Iman? Pengertian iman adalah perkataan dalam lisan, keyakinan dalam hati serta amalan yang dilakukan oleh anggota badan. Iman merupakan pembenaran yang ada dalam hati.
Hal ini berarti hati menerima semua ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pengakuan dengan lisan berarti mengucapkan dua kalimat syahadat. Sedangkan perbuatan yang dilakukan oleh anggota tubuh kita artinya berupa amalan hati yaitu keyakinan dan beramal dengan anggota tubuh lainnya dengan melakukan ibadah yang sesuai dengan kemampuannya.
Salah satu firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Fath ayat 4 yang artinya, “Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang sosok perempuan, “Tidaklah aku melihat suatu kaum yang kurang akal dan agamanya dan lebih cepat membuat hilang akal pada diri seorang lelaki yang kuat daripada kalian ini (kaum perempuan).” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Firman Allah Ta’ala di atas menunjukkan bahwa iman itu bisa bertambah dan Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengandung pengertian bahwa iman bisa saja berkurang, begitu juga sebaliknya.
Bertambah dan berkurangnya iman adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tidak akan masuk akah keberadaan salah satu diantaranya tanpa diiringi oleh keberadaan yang lainnya.
Dengan demikian dalam pandangan para ulama, pengertian iman memiliki 5 karakter yaitu keyakinan, perkataan, amalan, dapat bertambah, dan dapat berkurang.
Bisa juga diringkas menjadi 3 bagian yakni keyakinan, perkataan, dan amalan. Karena amalan merupakan bagian dari iman, otomatis iman dapat bertambah dan dapat berkurang.
Selain itu, dapat juga diringkas menjadi lebih sedikit menjadi 2, yakni perkataan dan amalan. Keyakinan sudah termasuk kedalam amalan yaitu amalan hati.
Perbedaan Antara Iman dan Islam

Pengertian islam adalah beribadah atau menghamba kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan ibadah yang sudah disyari’atkan oleh Allah Ta’ala, melalui para utusan-Nya sejak para Rasul diutus sampai hari kiamat nanti.
Hal ini mencakup ajaran yang dibawah oleh Nuh ‘alaihissalam yaitu hidayah serta kebenaran, ajaran yang dibawa oleh Musa ‘alaihissalam, ajaran yang dibawah oleh Nabi Isa ‘alaihissalam dan juga mencakup ajaran yang dibawa oleh Ibrahim alaihissalam.
Pengertian Islam secara khusus, yaitu setelah diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ajaran yang dibawah oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu menasakh atau menghapus seluruh ajaran sebelumnya, maka orang yang mengikutinya menjadi muslim dan yang menyelisihi bukanlah seorang muslim karena mengikuti hawa nafsu dan tidak berserah diri pada Allah Ta’ala.
Agama yang mereka anut tidak akan memberikan manfaat di hari kiamat kelak, dan Allah Ta’ala tidak akan menerima ibadah mereka.
Jika dikatakan bahwa Islam artinya menghambakan diri kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan semua syari’at-Nya, maka ini termasuk kedalam tunduh dan pasrah kepada Allah Ta’ala secara batin maupun zhahir yang mencakup seluruh aspek, aqidah, amal, dan ucapan.
Jika Islam disandingkan dengan pengertian Iman, maka artinya Islam merupakan amalan perbuatan zhahir berupa ucapan lisan ataupun anggota tubuh.
Sedangkan iman merupakan amal batiniah berupa aqidah dan amalan-amalan hati. Perbedaan ini terdapat dalam firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Hujurat ayat 14, yang artinya:
“Orang-orang Arab Badui itu berkata:’Kami telah beriman’. Katakanlah (kepada mereka):’ Kamu belum beriman, tetapi katakanlah,’ kami telah tunduh, karena iman itu belum masuk kedalam hatimu.”
Tiga Unsur dalam Iman
Tiga unsur yang terkandung dalam iman adalah keyakinan dalam hari, ikrar berupa lisan, dan juga prakteknya di dalam perbuatan sehari-hari.
Yakin Belum Bisa Disebut Sebagai Seorang Mukmin
Sebagaimana yang kita tahu tentang kisah Iblis yang percaya bahwa Allah Ta’ala itu ada. Iblis yakin bahwa Allah Ta’ala itu adalah Tuhan, Iblis juga yakin Allah itu Esa. Dulunya Iblis merupakan Jin yang taat dalam beribadah kepada Allah Ta’ala dan juga pernah berdialog dengan Allah.
Akan tetapi, Iblis tidak disebut mukmin. Bahkan Iblis adalah gembongnya orang-orang kafir. Hal ini terjadi karena Iblis tidak mau tunduh serta taat kepada aturan Allah Ta’ala.
Mengaku Mukmin, Belum Bisa Dikatakan Mukmin
Misalnya, seseorang mengaku mukmin dan KTPnya Islam. Tetapi belum memiliki keyakinan dalam hati dan tidak mau menjalankan tugas serta kewajibannya sebagai seorang mukmin, maka belum dianggap beriman.
Sebagaimana yang kita tahu, bahwa orang munafik pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mengikrarkan diri sebagai seorang mukmin.
Mereka ikut melaksanakan shalat berjamaah di Masjid Nabawi. Walaupun begitu, mereka tidak dianggap sebagai seorang mukmin.
Dalam diri seseorang terdapat cabang-cabang iman dan juga cabang-cabang kemunafikan.
Maka cabang kemunafikan tersebut manusia berhak mendapatkan siksa, namun tidak kekal di neraka karena dalam hatinya masih terdapat cabang Iman. Semoga bermanfaat.